Sabtu, 23 November 2013

6 Fakta Unik Kemerdekaan Indonesia

Di bawah ini ada artikel yang menarik yang saya ambil dari sebuah link, semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan tentang sejarah detik2 kemerdekaan RI, yang sebagian orang tdk tahu bagaimana keadaaan saat itu.

1. Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur? 



Coba simak ceritanya. Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. "Pating greges", keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.
"Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!", ujar Bung Karno di hadapan segelintir
patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bungk Karno kembali ke kamar tidurnya. Masih meriang. Tapi sebuah
revolusi telah dimulai...

2.Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam.


Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun!

3. Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar "orang Indonesia asli".

Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. "Orang Indonesia asli" pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

4. Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia.

Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! SBY (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

5. Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. 

Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut "hampir secara kebetulan" dirayakan di sebuah hotel Hollywood. Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan "Mr President" atau "Your Excellency", tetapi dengan "Prince Soekarno!"

6. Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood.

Judul pidato 17 Agustus 1964, "Tahun Vivere Perilocoso" (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk kategori film asing!



Kerajaan Salakanagara adalah Kerajaan Pertama di Indonesia ?


Di awal 1970-an, komunitas sejarawan Indonesia membahas penemuan Kitab Wangsakerta. Kitab ini merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun berdasarkan satu pertemuan para sejarawan di abad 17 M, yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon, putera dari Panembahan Girilaya. Sejumlah sejarawan menegaskan jika kitab iitu palsu, sedangkan yang lain menerima kitab tersebut. Sejarawan Sunda, Dr. Ayat Rohaedi termasuk yang menerima kitab tersebut.

Satu hal yang dianggap paling penting dimuat dalam kitab tersebut adalah informasi tentang Kerajaan Salakanagara yang telah berdiri di awal abad pertama Masehi hingga sekitar tahun 300 M, di tatar Sunda Utara, sekitar Pandeglang hingga Bekasi. Situs Salakanagara tersebar di Cihunjuran, Citaman, Pulosari, Ujung Kulon, dan juga Batu Jaya serta Babelan. Dua nama yang terakhir ini ada di Bekasi. Nyaris semuanya terdiri dari batu-batu zaman Megalitikum, termasuk kolam purba di Cihunjuran.

Pendiri Salakanagara dikenal dengan sebutan Aki Tirem Luhur Mulia, yang oleh masyarakat setempat disebut-sebut sebagai Angling Dharma. Entah, apakah Angling Dharma di Banten ini sama dengan yang di Jawa Timur atau tidak.  Wallahu’alam. Raja pertama Salakanagara adalah Dewanagara.

Sejarawan Drs. H. Ridwan Saidi dalam sebuah makalah berjudul “Tinjauan Kritis Penyebaran Islam di Jakarta: Kepercayaan Penduduk Krajan Merin Salakanagara Awal abad Masehi di Bekasi” mengkaitkan Kitab Wangsakerta dengan buku  Geographia (161 M) karya Claudius Ptolomeus yang menyebut nama Agryppa  yang berarti perak. Ptolomeus merupakan orang Yunani yang menjabat  Gubernur  di Iskandariyah Mesir dan dikenal sebagai penulis Barat pertama yang menyinggung tentang Nusantara. Kerajaan Agryppa menurut Ptolomeus berada di bawah mata angin atau di bawah garis Khatulistiwa.

Menurut Ridwan, Agryppa dan  Salaka (bahasa Kawi) memiliki arti yang sama yakni Perak. Sebab itu Ridwan yakin jika Agryppa yang dimaksud Ptolomeus merupakan Salakanagara. Ptolomeus juga menulis tentang Barus dan beberapa tempat di Nusantara. Beda dengan sejarawan lain, Ridwan meyakini jika Dewanegara bukan orang India, walau saat itu sudah ada pedagang dari India dan Maghribi (Arab) di sana, sebab itu masyarakat setempat sudah mengenal istilah Arab seperti: alim, adat, kramat, kubur, dan sebagainya, jauh sebelum Islam datang. Saat berkunjung ke situs Salakanagara di Babelan dan Batu Jaya, Ridwan tidak menemukan ragam hias atau ornamen atau pahatan bercorak India di situs-situs bebatuan yang ada. “Saya amat terkejut, ragam hias Batu Jaya lebih mirip ornamen Timur  Tengah,” tulis Ridwan.

Temuan ini, jika dikaitkan dengan penelitian Arkeolog Inggris Robert Dick-Read yang didukung arkeolog senior dunia seperti Profesor Emeritus Sejarah Afrika sekaligus pendiri The Journal of African Studies, Dr. Roland Oliver, kian meyakinkan pandangan jika di masa purba (sebelum dan awal Masehi) para pelaut Nusantara sudah menjalin hubungan erat dengan orang-orang India dan Maghribi, bahkan hingga ke Afrika. Hal ini memperkuat Teori Mekkah, yang menyatakan Islam telah masuk di Nusantara langsung dari Arab dan di saat Rasulullah SAW masih hidup, karena antara Nusantara dengan Jazirah Arab sejak berabad sebelumnya telah terjalin suatu hubungan yang intens dan kuat.

Ridwan Saidi bahkan menyatakan jika budaya Arab, termasuk sejumlah kosakatanya, telah terlebih dahulu masuk di Nusantara sebelum kedatangan pengaruh Hindu-Budha. Salakanagara telah meruntuhkan mitos yang selama ini dianut dalam penulisan sejarah bangsa ini jika kerajaan pertama di Nusantara adalah Kerajaan Hindu di Jawa Barat bernama Tarumanegara. Dengan kata lain, kerajaan pertama di Indonesia adalah Kerajaan 'Islam' Salakanagara, BUKAN Kerajaan 'Hindu' Tarumanegara. Subhanallah...“Pihak pemerintah, arkeolog, dan sejarawan tampaknya tidak menunjukkan minat yang berarti dengan temuan di Batu Jaya sejak awalnya. Karena tampaknya mereka terperangkap mitos jika kerajaan pertama di Jawa adalah Tarumanegara.   …jika mereka mendalami temuan di Batu Jaya,  niscaya  itu akan meruntuhkan tesis mereka selama ini tentang banyak hal. Termasuk tentang asal muasal orang Betawi. Penduduk Salakanagara bukan penganut Hindu atau Budha, kedua agama itu belum tiba di Jawa ketika masa kekuasaan Salakanagara. Penduduk Salakanagara menganut kepercayaan menghormati arwah leluhur. …sisa-sisa keyakinan yang mempercayai pengaruh arwah leluhur kini masih dapat dijumpai di komunitas Betawi di Kranggan (Pondok Gede), Bekasi”, papar Ridwan.

Kerajaan Salakanagara berakhir pada pemerintahan Dewanagara IX. Bisa jadi diakibatkan oleh konflik dengan Tarumanagara yang berada di selatannya pada sekitar abad ke 5 M.
* * * * *
Tanda Tanya besar yang kemudian muncul adalah kenapa pihak Pemerintah, arkeolog, dan sejarawan tidak minat dengan temuan di Batu Jaya, Bekasi? Apakah hanya karena terperangkap mitos yang sudah berurat akar?

Pembuka

Halo Bloggers ! Selain saya membuat blog  http://bolamaniaforever.blogspot.com/ saya juga Akan membuat blog  tentang Sejarah indonesia. Fakta unik dari masa kerajaan hingga masa Kemerdekaan bangsa indonesia semua Ada disini! Ayo kunjungi blog ini dan beritahulah yang lain!